Senin, 05 Mei 2014

Manajemen Kandang Unggas pada Suhu Lingkungan Tinggi

TUGAS TERSTRUKTUR
FISIOLOGI LINGKUNGAN TROPIS
                                                                          
“Manajemen Kandang Unggas pada Suhu Lingkungan Tinggi”





 








Disusun Oleh  :
      Afduha Nurus Syamsi           D1E010034






KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MAGISTER ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013

I.PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kehidupan manusia dalam mempertahankan keberadaanya pada rantai makanan merupakan tindakan-tindakan yang meliputi kegiatan pemenuhan kebutuhan nutrien dari berbagai sumber yang dapat dimanfaatkannya. Umumnya manusia memenuhi kebutuhan protein hidupnya dari makhluk hidup lain, yaitu tumbuhan dan juga hewan ternak. Siklus rantai makanan tersebut tidak akan pernah berhenti selama manusia berfikir dan mengembangkan teknologi dalam kehidupanya, karena manusia tidak akan bisa hidup tanpa makanan. Oleh karena itu, walaupun dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, sektor peternakan tidak akan berhenti berkembang.
Industri peternakan atau bahkan peternakan yang ada ditingkat masyarakat merupakan implikasi dari bentuk domestikasi yang dilakukan oleh nenek moyang manusia dahulu. Proses domestikasi sendiri merupakan kegiatan menjinakkan dan mengandangkan ternak liar menjadi ternak peliharaan. Kegiatan mengandangkan ternak merupakan suatu tindakan yang secara fisiologis akan mengubah cara kerja dan mekanisme alami ternak dalam mengatur hidupnya. Seluruh kegiatan ternak diatur dan disusun oleh manusia. Pengaturan yang dilakukan oleh manusia meliputi kegiatan-kegiatan kompleks seperti makan, reproduksi dan produksi serta kegiatan yang meliputi manipulasi ataupun penyesuaian manajemen pemeliharaan dengan lingkungan sekitar ternak.
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat kuat mempengaruhi kondisi ternak di dalam kandang. Iklim juga merupakan faktor yang mempengaruhi ciri khas atau karakteristik dari ternak. Ternak unggas merupakan ternak yang sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan, mudah stress dan cepat mengalami penurunan produksi. Efek langsung dari iklim terhadap manajemen pemeliharaan unggas adalah berkaitan dengan suhu dan kelembaban. Iklim tropis yang panas secara langsung akan mempengaruhi temperatur didalam kandang. Perubahan suhu dan atau kelembaban di dalam kandang secara drastis akan menurunkan produktifitas ternak unggas dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Secara spesifik manusia tidak memiliki kuasa untuk merubah iklim, oleh karena itu manusia hanya dapat mengatur lingkungan yang disesuaikan dengan iklim yang ada. Salah satu tindakan manajemen yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur atau memanage kondisi kandang. Hal tersebut yang menjadi dasar penyusunan makalah ini, bagaimana manajemen kandang unggas yang baik pada wilayah tropis atau wilayah dengan suhu lingkungan yang tinggi.
      
1.2    Tujuan
            Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Mengetahui dampak suhu lingkungan yang tinggi pada iklim tropis terhadap fisiologis ternak unggas.
2.      Mengetahui manajemen kandang unggas yang seharusnya diterapkan pada suhu lingkungan yang tinggi.

1.3    Manfaat
1.    Menjadi sumber informasi bagi peternak atau pelaku industri peternakan unggas dalam mengatur dan mengontrol manajemen kandang pada daerah-daerah bersuhu tinggi atau tropis.
2.     Memberikan pengetahuan tentang hubungan antara iklim, suhu, kelembaban, manajemen kandang dalam mempengaruhi produktifitas ternak.


II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Iklim Tropis
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap faktor lain yang diterima oleh ternak. Selain berbeda dengan faktor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, iklim tidak dapat diatur atau dikontrol oleh manusia. Produktifitas yang baik akan didapat oleh peternak jika manajemen yang diterapkan disesuaikan dengan iklim setempat. Sesungguhnya iklim yang cocok untuk daerah peternakan adalah pada klimat semi-arid. Iklim yang ada diberbagai daerah tidak sama, melainkan bervariasi tergantung pada faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikanseperti altitude (letak daerah dari equator, distribusi daratan dan air, tanah dan topografinya), latitude (ketinggian tempat) dan faktor-faktor tidak tetap (variabel) seperti aliran air laut, angin, curah hujan, drainase dan vegetasi (Fitriansyah, 2011).
Menurut Hidayat (2010), iklim (Yunani : klima) merupakan suatu daerah dengan kondisi suhu, kering, angin, cahaya dan faktor lain dalam kondisi tertentu. Istilah ilmiah dari iklim dapat didefinisikan sebagai integrasi keadaan fisik lingkungan atmosfir, karakteristik dari suatu lokasi geografi tertentu pada suatu lokasi tertentu. Iklim dapat juga didefinisikan sebagai suatu sistem integrasi dari kondisi-kondisi cuca. Iklim tropis adalah suatu kawasan yang yang dipengaruhi oleh keberadaan kalor. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan temperatur, sinar matahari, curah hujan, kelembaban, tekanan udara serta awan yang terdapat pada wilayah tertentu. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kondisi suhu lingkungan dan kelembaban wilayah yang berada dalam naungan iklim tersebut.
Pengertian tropis berasal dari kata “tropicos” dalam bahasa Yunani Kuno berarti garis balik. Garis-garis balik ini adalah garis lintang 23027’ utara dan selatan. Sedang daerah “tropis” didefenisikan sebagai daerah yang terletak antara garis isoterm 200 di sebelah bumi utara dan selatan. Daerah tropis dapat dibagi dalam dua kelompok iklim utama yaitu tropis basah dan tropis kering yang masing-masing amat berbeda. Indonesia termasuk dalam daerah tropika basah atau daerah hangat lembab yang ditandai oleh kelembaban udara yang relatif tinggi (pada umumnya di atas 90%), curah hujan yang tinggi, serta temperatur rata-rata tahunan di atas 180C (biasanya sekitar 230C dan dapat mencapai 380C dalam musim kemarau) (Tripela, 2011). Pembagian wilayah tropis di dunia dapat dilihat pada gambar 1 (Sientje, 2003).





2.2   Temperatur dan Kelembaban
              Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum, temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkungan fisik ternak. Agar ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologinya dapat berfungsi dengan normal, dibutuhkan temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak dari spesies ternak yang membutuhkan temperatur pada kisaran 13-180C dengan humidity index < 72. Setiap hewan memiliki kisaran temperatur lingkungan yang berbeda dan masing-masing juga memiliki kisaran temperatur lingkungan yang sesuai atau dikenal dengan comfort zone. Temperatur lingkungan yang paling ideal bagi ternak yang hidup di daerah tropik adalah 100C-270C atau 500F-800F (Fitriansyah, 2011). Menurut Tripela (2011) daerah tropis memiliki temperatur maksimum rata-rata tahunan 30,50C, pengecualiaan di atas 320C, sedang pada daerah khatulistiwa selama musim kering mencapai 330C dan musim hujan 300C, bisa turun sampai 260C. Fluktuasi harian dan tahunan relatif kecil, sekitar 30-5,50C.
              Kelembaban lingkungan adalah jumlah uap air dalam udara yang ada pada lingkungan. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran pernafasan. Kelembaban biasanya siekspresikan sebagai kelembaban relatif dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama. Saat kelembaban tinggi, evaporasi akan terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak. Indonesia sebagai wilayah tropis masuk sebagai bagian dari zona super humid atau panas basah yang merupakan klimat yang ditandai dengan panas konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus. Temperatur udara berkisar antara 21,110C-37,770C dengan kelembaban relatif 55-100%. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak sehingga suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung akan meningkat serta konsumsi pakan menurun yang kemudian berdampak pada rendahnya produktifitas (Sientje, 2003). Berikut digambarkan tentang zona suhu dan kelembaban lingkungan terhadap fisiologi unggas (Gunawan dan sihombing, 2004).

Gambar 2. Zona suhu lingkungan terhadap fisiologi ayam

             
2.3   Ternak Unggas
              Unggas (bahasa Inggris: poultry) adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk daging dan/atau telurnya. Umumnya merupakan bagian dari ordo Galliformes. Unggas memiliki karakteristik yang berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Terdapat beberapa unggas yang mampu bertahan pada suhu yang cukup extrem seperti burung unta yang mampu hidup di daerah panas, tetapi juga ada ternak yang tidak mampu hidup dalam kondisi yang ekstrem seperti ayam broiler (Gunawan dan sihombing, 2004).
              Secara fisiologis ternak unggas memiliki suhu tubuh (tabel 1) dan suhu nyamannya masing-masing. Fisiologi ternak meliputi suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung. Suhu tubuh hewan homeoterm merupakan hasil keseimbangan dari panas yang diterima dan dikeluarkan oleh tubuh. Saat keadaan normal suhu tubuh ternak sejenis dapat bervariasi karena adanya perbedaan umur, jenis kelamin, iklim, panjang hari, suhu lingkungan, aktivitas pencernaan dan jumlah air yang diminum. Ternak unggas akan sangat terpengaruh oleh suhu lingkunganya. Keadaan yang terjadi di luar tubuh ternak akan direspon oleh tubuh dan terjadi homeothermic sehingga ternak dapat bertahan dari kondisi lingkungannya (Sientje, 2003).  Ketika suhu lingkungan tinggi ternak akan mengurangi pakan dan geraknya. Bersamaan dengan itu unggas juga akan melakukan panting, mandi debu dan bernafas dengan cepat. Sedangkan dalam keadaan suhu lingkungan yang rendah, unggas akan meningkatkan konsumsi pakan dan menutup sayap serta menggerombol dengan yang lainya. Mekanisme tersebut merupakan upaya yang dilakukan oleh ternak unggas untuk dapat bertahan dari perubahan suhu di sekitar lingkunganya. Hal tersebut yang harus menjadi perhatian peternak agar unggas dapat berproduksi dengan baik.  Gambaran mengenai sistem kerja tubuh tersebut dapat dilihat pada gambar 3.
Tabel 1. Contoh suhu tubuh beberapa jenis unggas.
Spesies
Suhu tubuh (0C)
Itik
42,0
Angsa
41,3
Kalkun
41,2
Ayam
41,9
Merpati
42,2
Sumber : Bahan Ajar Mufti (2013)




 
Gambar 3. Mekanisme pengaruh lingkungan terhadap produksi
Sumber  : Gunawan dan Sihombing (2004)




III.PEMBAHASAN
            Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam beternak. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak. Terdapat banyak sekali jenis kandang, baik berdasarkan tipe maupun bahan yang digunakan untuk membuat kandang tersebut, sedangkan penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Secara tidak langsung kandang juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil peternakan. Kandang yang fungsional akan menambah pendapatan bagi para pemiliknya. Jika ditinjau dari iklim atau panas lingkungan yang tinggi, maka manajemen kandang dapat diatur dengan memperhatikan beberapa hal yaitu bentuk kandang, suhu dan kelembaban kandang serta kepadatan ternak.
            Bentuk kandang secara umum dibagi atas dua bentuk yaitu kandang close house dan kandang open house. Menurut Kamidi (2010), kandang close house sebenarnya merupakan bentuk kandang yang sangat tepat untuk diterapkan pada daerah dengan suhu panas yang tinggi, karena sirkulasi udara, suhu dan kelembaban di dalam kandang dapat diatur secara otomatis. Syarat pembuatan kandang close house harus memiliki perlengkapan berupa bangunan tertutup (atap bukan monitor), kipas (blower), material cooling, solid wall dan cooling pad yang dilengkapi dengan inlet, lighting system dan tunel control. Keseluruhan perangkat tersebut akan menciptakan sistem ventilasi tunnel yaitu aliran udara secara terus menerus di dalam lorong kandang. Udara akan masuk melalui cell pad kemudian akan ditarik oleh blower yang berada di ujung kandang. Jumlah blower yang hidup akan diatur melalui tunel control yang dilengkapi dengan sensor suhu dan kelembaban. Sistem ini kemudian akan menghasilkan chilling efect  sehingga udara di dalam kandang akan terasa dingin, terkadang pada cell pad dilengkapi dengan inlet air yang kemudian akan menimbulkan cooling efect yang menyebabkan udara yang lewat melalui cell pad akan turun suhunya. Namun kelemahan dari sistem ini adalah tingginya biaya yang harus dikeluarkan.
Selain bentuk close house juga dapat digunakan kandang jenis open house  yang lebih murah untuk digunakan ditingkat masyarakat. Agar dapat memenuhi kebutuhan ternak terutama dalam kondisi tempat dengan suhu yang tinggi, maka harus memperhatikan beberapa hal. Bentuk kandang open house yang sering digunakan adalah kandang panggung dan merupakan bentuk kandang yang paling banyak dibangun untuk mengatasi temperatur panas. Kandang ini cocok untuk beternak ayam broiler komersial di daerah dataran rendah atau daerah berawa. Konstruksi rangka kandang bisa terbuat dari kayu, bambu, atau kayu dolken. Keunggulan dari kandang ini adalah udara bisa masuk dan keluar melalui ventilasi dari arah bawah dan samping kandang kandang sehingga pergerakan (sirkulasi) udara di dalam kandang menjadi baik. Sirkulasi tersebut menyebabkan temperatur di dalam kandang relatif lebih rendah dan ayam lebih nyaman (Ensminger, 1993).
Menurut Calnek (1995), pembangunan kandang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.    Atap kandang harus menggunakan monitor agar sirkulasi udara lebih baik serta panas dan gas beracun bisa keluar dari kandang.
2.    Bahan penutup atap kandang terbuat dari rumbia, genting, kayu, galvanis, atau asbes karena bahan ini bisa menyerap panas.
3.    Kandang dibangun di lahan terbuka shingga sirkulasi udara bisa masuk ke kandang secara lancar.
4.    Bahan baku bangunan dan konstruksi kandang harus disesuaikan dengan kekuatan kandang yang diinginkan, ketersediann bahan baku, dan harga bahan baku. Konstruksi kandang biasanya terbuat dari kayu atau besi.

Jalan sederhana yang dapat menambah kenyamanan ternak di dalam kandang walau dalam kondisi lingkungan dengan panas yang tinggi adalah dengan penghijauan lahan disekitar kandang. Menanam pohon di sekitar kandang bisa berfungsi untuk menyerap radiasi sinar matahari damn meneduhkan lingkungan. Keadaan ini secara langsung akan berpengaruh terhadap keadaan udara di dalam kandang. Udara di dalam kandang akan menjadi lebih segar dan relatif lebih dingin. Jarak penanaman pohon dari kandang adalah 10 meter. Hal ini bertujuan agar udara yang mengalir ke dalam kandang terlebih dahulu tersaring oleh pohon. Selain itu, temperatur udara panas sudah diserap pohon sehingga panas yang mengalir ke kandang lebih rendah. Selain pepohonan besar, rumput dan tanaman pendek di sekitar kandang pun dapat dijadikamn sarana untuk menangkap panas yang dikeluarkan oleh sinar matahari. Panas langsung diserap oleh rumput namun tidak dipantulkan lagi ke udara bebas (Natamijaya, 1990). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Togatorop (1979) yang mengatakan bahwa ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk modifikasi iklim mikro, yaitu: (1) mengaturkontruksi kandang, tinggi kandang tidak kurang dari 3 m dan lebar kandang tidak kurang dari 4 m, menggunakan atap yang bersifat insulation, (2) menanam pohon-pohon peneduh di sekeliling kandang.
Penyelesaian masalah pemeliharaan pada daerah dengan suhu yang cukup tinggi tidak hanya cukup memperbaiki konstruksi kandang, tetapi juga mengenai manipulasi kondisi kandang agar berada pada ambang suhu dan kelembaban yang nyaman bagi ternak untk berproduksi. Menurut Togatorop (1997), modifikasi iklim mikro dapat dilakukan dengan cara mengurangi kelembaban lingkungan kandang. Sistem thermoregulatori unggas atau disebut juga sistem pengaturan suhu tubuh terjadi pada unggas yang pada dasarnya bersifat homeotermik atau suhu tubuh relatif stabil pada kisaran tertentu yaitu 40-41oC. Namun saat berumur 0-5 hari, unggas masih belum bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Unggas kususnya ayam baru bisa mengatur suhu tubuhnya secara optimal sejak umur dua minggu. Selain suhu, kelembaban udara (kadar air terikat di dalam udara) juga perlu diperhatikan karena kelembaban akan mempengaruhi suhu yang dirasakan oleh unggas. Hal ini disebabkan pengeluaran panas tubuh ayam dilakukan melalui panting. Karakteristik antara suhu dan kelembaban adalah bertolak belakang. Saat siang hari merupakan puncak tertinggi bagi suhu, tetapi rendah bagi kelembaban (gambar 3) dan contoh pengaturan suhu dan kelembaban ditampilkan pada tabel 2.



Gambar 4. Grafik suhu dan kelembaban sepanjang hari
Sumber            : Kamidi (2010)
Manipulasi suhu dan kelembaban dalam kandang tertutup lebih mudah dikontrol karena pengaruh kinerja otomatis panel yang memiliki sensor suhu dan kelembaban di dalam kandang. Sehingga pengaturan suhu dan kelembaban dalam kandang tertutup cukup pada pengawasan kerja panel dan asupan listrik ke kandang. Sedangkan kandang terbuka membutuhkan beberapa langkah sebagai berikut. Membuat database suhu dan kelembaban di kandang atau pencatatan mengenai suhu dan kelembaban di kandang baik pagi, siang, sore, malam maupun dini hari. Termasuk pula respon ayam saat pencatatan, apakah ada yang panting. Melalui kegiatan tersebut akan terlihat rangkuman rentang suhu dan kelembaban ideal dimana tidak terjadi panting. Sehingga ketika suhu atau kelembaban melebihi rentang ideal tersebut, peternak dapat segera bertindak. Terdapat minimal 3-5 titik di dalam kandang yang digunakan untuk untuk mengukur suhu dan kelembaban yaitu bagian depan, tengah, belakang, atas (dekat genting) dan lantai kandang. Agar lebih mudah dan cepat dalam pengamatan tempatkan Thermohygrometer di tiap kandang. 40-60 cm. Sistem ventilasi yang baik, sangat efektif untuk menurunkan suhu dalam kandang. Buka tirai kandang saat suhu meningkat. Saat angin bertiup kencang atau suhu turun, tirai kandang dapat diturunkan, dengan syarat bagian atas tirai tetap dibuka selebar 20-30 cm agar sirkulasi udara tetap terjaga. Sistem hujan buatan dilakukan di luar kandang sedangkan kabut buatan dilakukan di dalam kandang. Fungsinya sama-sama untuk menurunkan suhu saat cuaca mulai terasa panas, sekitar jam 10.00-14.00. Jika dinyalakan saat sudah panas (11.30-12.30), akan menyebabkan perubahan suhu yang tinggi sehingga ayam bisa semakin stres (Daghir, 1995).
. Manajamen terakhir yang dapat dilakukan adalah dengan pengaturan kepadatan kandang. Standar kepadatan ayam yang ideal adalah 15 kg/m2 atau setara dengan 6-8 ekor ayam pedaging dan 12-14 ekor ayam petelur grower (pullet) per m2 nya. Kepadatan yang berlebih akan menyebabkan pertumbuhan ayam terhambat (kerdil) karena terjadi persaingan untuk mendapatkan ransum, air minum maupun oksigen.Kepadatan berhubungan dengan ketersediaan oksigen bagi ayam untuk memberikan hasil yang lebih optimal. Menghadapi perubahan cuaca yang terus berubah-ubah, unggas sangat memerlukan daya tahan tubuh yang kuat. Daya tahan tubuh atau kekebalan imunitas ada yang berasal dari induk dan ada yang didapat secara perolehan. Daya tahan akan optimal apabila stres atau faktor pengganggu dapat diminimalkan. Kepadatan kandang penting diperhatikan karena unggas menghasilkan panas tubuh yang dapat terakumulir yang akan berdampak pada meningkatnya suhu di dalam kandang. Ayam akan mengeluarkan panas sebanyak 40 british unit’s (Btu’s) per jam. Panas yang dikeluarkan oleh ayam bisa melelui cara sebagai berikut.
1.    Melalui radiasi (radiation), yaitu proses hilangnya panas dari tubuh ayam yang terjadi ketika temperatur di permukaan tubuh ayam lebih besar dibandingkan dengan temperatur di udara. Namun, perbedaan temperaturnya tidak terlalu besar. Proses radiasi ini akan berhenti jika temperatur udara di sekitarnya berkurang atau lebih rendah dibandingkan dengan temperatur permukaan tubuh ayam.
2.    Melalui konduksi (conduction), yaitu hilangnya panas dari tubuh ayam yang terjadi ketika permukaan tubuh ayam bersentuhan dengan objek disekitarnya, baik berupa udara maupun benda padat. Kehilangan panas dari tubuh ayam melalui cara konduksi sangat rendah.
3.    Melalui konveksi (convection), yaitu hilangnya panas dari tubuh ayam yang terjadi ketika udara dingin datang mengenai permukan tubuh ayam dan udara tersebut menjadi panas. Udara panas tadi akan terbawa keluar sebagai aliran udara panas. Ketika kecepatan udara yang mengalir melalui tubuh bertambah seperti akibat adanya kipas, kehilangan panas dari tubuh ayam secara konversi menjadi bertambah. Kehilangan panas dari tubuh ayam akibat konversi adalah 10-25%. Semakin cepat aliran udara mengenai tubuh ayam, semakin banyak panas yang dikeluarkan.
4.    Melalui penguapan air (vaporization of water), yaitu ayam melepaskan panas dari dalam tubuhnya dengan menggunakan proses penguapan air dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Kehilangan panas melalui cara ini merupakan cara yang paling banyak melepaskan panas dari dalam tubuh.
5.    Pengeluaran melalui kotoran (fecal excretion), yaitu hilangnya panas dari tubuh ayam yang keluar secara bersamaan dengan feses.

 
IV.KESIMPULAN


1.    Iklim tropis atau panas lingkungan yang tinggi akan mempengaruhi performa produksi unggas.
2.    Manajemen kandang yang dapat diterapkan pada daerah tropis atau ada suhu tinggi dapat ditinjau dari bentuk kandang, pengaturan suhu dan kelembaban kandang serta kepadatan kandang.
3.    Manajemen kandang yang baik digunakan pada daerah tropis dan bersuhu tinggi adalah model kandang close house.
4.    Manajemen kandang yang dapat diterapkan di daerah tropis atau bersuhu tinggi secara murah adalah dengan kandang open house berbentuk panggung, dengan atap yang mudah menyerap panas, lingkungan yang rindang, kepadatan kandang yang cukup dan sistem sirkulasi yang baik.


DAFTAR PUSTAKA


Calnek, BW, et al. 1995. Diseases of Poultry. 10th edition. Iowa State University Press. USA.

Daghir, N.J. 1995. PoultryProduction in Hot Climates. CAB International.

Ensminger, ME. 1992. Poultry Science. 3rd Ed. Interstate Publishers Inc :Illionis.

Fadilah, Roni. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. AgroMedia Pustaka.Jakarta.

                . 2009. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Fitriansyah, Bagus. 2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap Fisiologis Ternak. Undip. Semarang.

Gunawan dan D.T.H. Sihombing. 2004. “Pengaruh Suhu Lingkungan Tinggi Terhadap Kondisi Fisiologis dan Produktivitas Ayam Buras”. WARTAZOA, Vol. 14 No. 1, Hal: 31-38.

Hidayat, Syarief. 2010. Faktor-faktor Iklim Global. Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB. Bengkulu.

Kamidi, Achmad. 2010. Kandang Close House dan Kandang Open House. UNHAS. Makasar.

Mufti, M. 2013. Bahan Ajar Fisiologi Lingkungan Tropis. Unsoed. Purwokerto.

Nataamaaya, A.G., H. Resnawati, T. Antawijaya, I. Barchia Dan D. Zainuddin. 1990. “Produktivitas ayam buras di dataran tinggi dan dataran rendah. J. Ilmudan Peternakan”. Balitnak, Bogor. 4(3):30-38.

Pokhpan. 2009. Ross Manula Managemen. C.Pokhpan. Jakarta.

Sientje. 2003. Stres Panas Pada Sapi Perah Laktasi. IPB.Bogor.

Togatorop, M.H. 1979. Pengaruh suhu udara terhadap produksi ayam. Lembaran LPP.No. 3-4. LPPBogor. him. 1-10.

Tripela, Andi. 2011. Tinjauan Terhadap Iklim dan Arsitektur Tropis Iklim Tropis di Indonesia. Unhas. Makasar.





2 komentar:

  1. makasih mas bermanfaat banget waktu mepet gini.

    BalasHapus
  2. Playtech Casino
    The most popular casino in 퍼스트 카지노 the world, Playtech 샌즈카지노 offers hundreds of slots, table games, live casino and more on mobile phones and tablets. The jeetwin casino has 596 slots.

    BalasHapus

Karya Mahasiswa dalam Tugas Terstruktur Mata Kuliah Manajemen Ternak Perah 2017